Inilah antusiasme anak-anak Kp. Mayat |
Dari kejadian itulah akhirnya kami mendapatkan satu "amunisi" baru yang sangat luar biasa. Mochamad Syarif itulah nama lengkapnya. Berawal dari kegelisahan untuk mencari sound pengganti yang tadi tidak berfungsi, akhirnya kami malah dapat dua keuntungan sekaligus. Dapat amunisi baru dan ternyata Syarif juga membawa sound yang kami butuhkan.
Kami saling berkenalan, kemudian disampaikanlah visi-misi dan tujuan dari forum pemuda penggerak desa yang kami buat ini. Meski waktu itu Syarif masih agak malu-malu dan banyak diam, kami percaya dibalik diamnya adalah sinyal bahwa ia setuju dengan forum ini. Selesai dari situ akhirnya kami ngobrol kesana-kemari.
“Nanti kita berangkat ke kampung Kupluk setelah magrib… tempat ini belum fiks sebenarnya, kalau ada masukan atau usul tempat yang lain silakan… kami sangat senang.” Seketika itu juga, syarif memberikan usul untuk di kampung Mayat. Alasannya waktu sangat sederhana, ada teman sekolah dan kebetulan bapaknya ketua RT (Rukun Tetangga) juga.
Inilah rumah Bapak RT yang kami kunjungi |
Setelah sholat magrib kami berangkat menuju kampung Mayat. Kami berangkat dengan tiga motor, dan tak lupa menjemput salah satu "amunisi" yang katanya mau ikutan juga, Minarsih namanya. Setelah dijemput barulah kami menuju tempat tujuan. Meski kondisi jalannya rusak dan berlubang tak mengendurkan semangat kami malam itu.
Memulai Acara
Anak-anak sedang berkenalan dengan Kak Amir |
Setelah menyampaikan tujuan kedatangan kami ke ibu RT kami pun diterima dengan baik dan dipersilakan untuk mengisi acara pada malam itu. Ternyata Ibu RT sangat anstusias dan langusng menyuruh anak-anak yang lain untuk bisa datang ke rumahnya. Meski hanya dengan pesan sederhana dan itu mulut ke mulut ternyata sangat efektif. Terbukti, tak butuh waktu lama anak-anak pun datang beramai-ramai.
Anak-anak yang hadir lumayan banyak dan kami memulai acara pukul 20.00. Acara dibuka oleh Kak Amir. Tampil dengan mengenakan topeng monyet sontak membuat anak-anak kaget. Setelah dibuka barulah anak-anak diajak untuk belajar dan bermain. Dan dengan beberapa game dan lagu, anak-anak sudah mulai akrab. Kak amir tidak sendirian, ada Kak Syarif, Kak Mimin dan Kak Asep Juga.
Mereka generasi masa depan |
Waktu 15 menit ternyata sudah berlalu, dan kini gantian Kak Asep Budianto yang mengisi. Anak-anak diajak untuk bermimpi dan memiliki cita-cita. Ide ini digagas karena kebanyakan anak-anak kampung itu tahunya ya hanya sekedar jadi guru, dan dokter saja. Padahal banyak cita-cita lain di luar sana.
Tak hanya itu, anak-anak juga diajak untuk bagaimana meraih cita-cita yang mereka inginkan. Kuncinya yaitu kerja keras dan pantang menyerah. Kak Asep selalu bilang “kamu ingin jadi dokter..?? terus usaha apa yang sudah kamu lakukan untuk menjadi dokter itu sekarang??... atau mata pelajaran di sekolah yang paling kamu sukai apa saja??.. ”
Kak Asep juga mengajak anak-anak untuk menyaksikan kisah anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik tetapi karena kerja keras akhirnya cita-citanya tercapai. Meski mereka dilahirkan tidak memiliki kedua tangan dan bahkan juga ada yang tidak memiliki kaki, mereka sedikitpun tak pernah mengeluh, mereka selalu tersenyum dan yakin untuk hidupnya.
Sebelum ditutup, Kak Asep menyampaikan bahwa semuanya berawal dari mimpi. "Apapun itu pasti diawali dari sebuah mimpi.. maka bermimpilah..."
Kak Syarif, Kak Asep, Ibu RT, Kak Mimin dan Pak RT |
____________
foto-foto yang lainnya KLIKDISINI
foto-foto yang lainnya KLIKDISINI
0 komentar:
Posting Komentar